Translate

Jumat, 15 April 2022

Jangan Pernah Lupakan 2014

Penulis : Panji Prawira

Mungkin, sebagian besar pemain memilih untuk menghapus memori di musim
2014, alih-alih menyimpan kenangannya di dalam benak mereka. Ya, tapi, satu hal yang perlu diingat, 2014 adalah salah satu ujian terbesar bagi kita untuk naik satu tingkat menjadi yang terbaik di Kota ini.


Bagaimana tidak, saat itu kita baru mengikuti kompetisi resmi untuk pertama kalinya dengan tajuk Piala Menpora U16, 10 bulan sejak berdiri, kita turun dengan mendaftarkan 25 Pemain kala itu. Pertandingan pertama menjadi sejarah, 16 April 2014 Kita Melawan Penajam Utama yang baru saja pulang dari Jakarta, kami dihabisin dengan skor 25-0 dan di laga kedua berhadapan dengan BMS sedikit lebih baik, kalah 13-0.
Sumpah-serapah ramai digaungkan orang-orang, mencari kambing hitam dari  kekalahan itu, apalagi hasil terpampang dengan jelas di koran kala itu, yang membuat  mental kita hancur dan membuat tim ini nyaris bubar.


Jangankan berbuat banyak di level turnamen, di pertandingan ujicoba pun, saat itu kita tertatih-tatih dan selalu mengalami kekalahan. Jadi, memang tidak ada yang bisa dibanggakan dari musim tersebut. Namun, melupakannya, jelas sebuah kesalahan besar.

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Inkonsistensi terus mewarnai skuat The Blue Shield. Menambah juru racik dilakukan demi menyelamatkan tim yang baru seumur jagung ini. 2 piala sebagai hiburan kita dapatkan meski hanya level torneo (3 tim) & Festival (12 Team). Nyatanya, kita bukan tim yang diperhitungkan saat itu. Tak ada ketakutan dari tim lawan saat meladeni kita di musim tersebut bahkan tim lawan selalu merendahkan kita.

Lalu, Ini yang namanya Kariangau? Jelas bukan.

Menunjuk siapa yang salah, jelas tak ada gunanya karena kita sudah berjuang semaksimal mungkin. Bubar? juga
hanya memperkeruh suasana dan tidak gentlemen. Beruntungnya, kita sukses naik kelas secara perlahan. Musim yang kelam kita lewati dengan elegan.

Perlu diingat, musim 2014 bukan hanya musim yang buruk dari segi performa tim.
Deretan masalah seperti komplain Logo dari Induk Organisasi sampai adanya tim tandingan, juga menumpuk daftar masalah di musim tersebut.
Tapi, sekali lagi, menyelesaikan segudang persoalan dengan kepala dingin adalah sebuah pencapaian tertinggi kita tahun itu.
Jadi, rasanya juga tidak berlebihan apabila ada yang beranggapan bahwa kita naik level sepuluh anak tangga sekaligus di musim kelam tersebut.
Kini, mimpi buruk itu sudah usai. Skuat The Blue Shield sangat gagah saat ini.
Deretan pemain yang berhasil mewujudkan mimpi. Pelatih berpengalaman, media sosial Klub yang terkenal di indonesia lengkap dengan sosok Manajer baru yang punya pemikiran cemerlang menyongsong musim 2022 dengan slogan #banggabersamakalian.

Ini yang saya nantikan dan saya inginkan. Kepercayaan diri yang tinggi akan sebuah proses dan meraih impian. Bukan hanya ingin meraih piala di usia dini tapi gagal ketika masanya menuju level professional.
Meski kita semua tidak pernah tau, sampai kapan tim ini akan bertahan dan terus eksis di kota ini.

Namun, saya, kita, Manajemen, deretan pelatih, dan para pemain, yakin akan Mempertahankan kejayaan ini. Jika tidak ada pukulan telak di musim 2014, mungkin saja semangat untuk bangkit tak akan pernah ada saat ini.
Akhir kata, jangan pernah melupakan masa-masa kelam. Karena tidak akan ada terang jika tak pernah ada kegelapan.
‘’Berjayalah Sepanjang Masa’’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar