
Sore itu, 28 Juni 2013 ada sekelompok anak-anak sedang berkumpul bersama seorang anak remaja. berkumpul untuk membicarakan hal yang serius ditemani secarik kertas dan sebuah pulpen. Ini tentang segelintir harapan yang sama-sama dipupuk menjadi satu. Sesekali mata mereka memandang kertas tersebut dengan rasa ragu. Beberapa dari mereka membayangkan akankah itu bisa diraih.
Tulisan kecil itu terkesan singkat tapi tersirat. 13 anak-anak itu mencoba meyakinkan hatinya dibantu oleh seorang anak remaja yang juga mencoba yakin dengan kata-katanya.
Terlalu tinggi jika berharap menjadi pemain professional, mereka hanya berharap agar bisa bermain di lapangan berumput yang jauh lebih layak dari lapangan latihan mereka, itulah mimpi yang mereka tulis disecarik kertas itu dan mereka menaruh harapan besar pada seorang anak remaja yang juga masih ragu, bingung, tidak yakin, dan bimbang dengan masa depannya yang kala itu baru berusia 17 tahun.
Minggu, 27 Maret 2022 seorang pemuda memandang ke arah ujung lapangan yang terletak di kawasan Gn. Guntur, tatapannya kosong, matanya sedikit berbinar, perasaan haru, sedih, bangga berkecamuk jauh didalam lubuk hatinya. bagaimana tidak? 9 tahun berlalu, mimpi itu menjadi nyata, harapan itu tercapai, namun bukan bersama anak-anak itu, mereka telah pergi dan membuat harapan lain.
Pemuda itu kini telah membuktikannya, bahwa harapan-harapan yang telah mereka buat, akan terwujud seiring dengan berjalannya waktu dan konsisten dalam mewujudkannya meskipun membutuhkan waktu.
Pemuda itu adalah Panji Prawira.
Lapangan yang ada dalam secarik kertas
1. Lapangan Gubah
2. Lapangan BMS
3. Lapangan Somel
4. Lapangan Trakindo
5. Lapangan Hidup Baru
6. Lapangan Telkom
7. Lapangan SPN
8. Lapangan Mini Wika
9. Lapangan Mini Gn. Pipa
10. Lapangan Bangun Reksa
11. Lapangan Graha Indah
12. Lapangan Ring Road
13. Stadion Parikesit
14. Lapangan Foni
15. Lapangan SMPN 13
16. Lapangan Gn. Guntur
Penulis : Muhammad Maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar